Apa Doa Itu?

Mula Puisi Karya Sulaiman Djaya

Jika seseorang tak menginginkan sesuatu yang tak dimilikinya –barangkali ia hanya berharap agar hari-harinya senantiasa jadi doa. Namun, tentu saja, doa tak selamanya hanya milik mereka yang mengklaim beragama dan mengakui eksistensi Tuhan. Tetapi, pada saat yang sama, saya tak percaya kepada mereka yang berkata bahwa mereka berkuasa sepenuhnya atas hidup dan hari-hari mereka.

Saya tak percaya kepada mereka yang mengingkari keajaiban dan kebetulan –sehingga dengan lantang mereka senantiasa mengumandangkan bahwa Tuhan itu tidak ada, bukannya berendah hati bahwa jiwa manusia senantiasa berada dalam kerentanan.

Manusia acapkali dirundung kegelisahan, rasa bosan, kesepian, dan diterkam suatu keadaan dan kebetulan dalam hidup yang berada di luar jangkauan akal dan pemahamannya. Seseorang seringkali terjebak begitu saja dalam rasa asing dan keterasingan, dan karenanya hatinya berdoa dan mengharapkan sesuatu yang menggembirakan akan datang dalam hidupnya.

Pernahkah kau merasakan kegelisahan dan keterasingan –ketika engkau berada dalam kesulitan dan kepapaan, contohnya? Dan pada saat itu engkau merasa tak berarti dan terjebak dalam rasa ketakbermaknaan dalam hidup. Jika kau pernah mengalami hal itu, maka kau manusia normal.

Ketika engkau berharap mendapatkan kebahagiaan dan kegembiraan dalam hidup ini, pada saat itulah engkau tengah berdoa –entah kau mempercayai adanya Tuhan atau tidak? Kepada siapa engkau membathinkan harapan di dalam hatimu ketika engkau tidak mempercayai Tuhan? Itu bukan urusan saya, karena engkau sendiri yang berhak menjawabnya.

Ada saat-saat manusia berada dan terjebak dalam situasi yang tak menyenangkan –mengalami kesepian dan kesendirian ketika berada dalam kesulitan dan kejatuhan yang tak ia duga sebelumnya, pada saat itu yang membuat manusia bertahan adalah doa dan harapan yang ada di lubuk jiwanya. Barangkali, itulah iman. (Sulaiman Djaya 2016)

Tinggalkan komentar